KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan
kapada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Ilmu
logika Sebagai Sarana Pemecahan Masalah”. Makalah ini saya susun dengan maksud
untuk memenuhi nilai tugas individu mata kuliah Dasar-dasar Logika serta untuk
menambah wawasan saya dan semua yang membaca makalah ini mengenai bagaimana logika bisa
memecahkan masalah.
Saya menyadari penulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Demi kesempurnaan
makalah ini, saya mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari
para pembaca.
Banda Aceh, 25 Desember
2015
Nailus Saadah
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
2. RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2
3.
TUJUAN............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
DEFINISI ................................................................................................... 3
1.
Definisi komunikasi............................................................................... 3
2.
Definisi komunikasi pemasaran...............................................................
3.
Definisi media massa............................................................................. 4
4.
Jenis-jenis media massa.......................................................................... 5
a.
Koran............................................................................................... 5
b.
Radio .............................................................................................. 6
c.
Televisi............................................................................................. 7
d.
Majalah............................................................................................ 8
e.
Internet ........................................................................................... 9
B.
PERIKLANAN......................................................................................... 10
1.
Pengertian periklanan........................................................................... 11
2.
Sejarah periklanan................................................................................ 11
3.
Proses pembuatan iklan........................................................................ 13
a.
Pengenalan terhadap khalayak....................................................... 14
b.
Penetapan tujuan pemasangan iklan.............................................. 15
c.
Penyusunan naskah iklan............................................................... 15
d.
Penyediaan anggaran biaya............................................................ 17
e.
Penentuan jadwal pemasangan iklan............................................. 18
f.
Pemilihan media yang akan digunakan.......................................... 19
C.
Hubungan media massa dengan komunikasi pemasaran........................... 20
BAB III PENUTUP
1.
KESIMPULAN......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk hidup yang sempurna, itulah ungkapan yang sering kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna
memang memiliki banyak kelebihan dibanding makhluk lainnya. Sebagai ciptaan-Nya
yang sempurna, manusia dibekali akal dan pikiran untuk bisa dikembangkan,
berbeda dengan hewan yang juga memiliki akal dan pengetahuan tapi hanya sebatas
untuk mempertahankan dirinya.
Suhartono (
2005: 1) menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir
secara logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan
karena mempunyai bahasa untuk mengomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak,
maka manusia bukan saja mempunyai pengetahuan, melainkan juga mampu
mengembangkannya.Akal dan pikiran merupakan perlengkapan paling sempurna yang
disematkan Tuhan kepada manusia. Dengan akal dan pikiran, manusia dapat
mengubah dan mengembangkan taraf kehidupannya dari tradisional, berkembang, dan
hingga modern. Sifat tidak puas yang secara alamiah ada dalam diri manusia
mendorong manusia untuk selalu ingin mengubah keadaan. Ketidakpuasan tersebut
menimbulkan perubahan-perubahan sehingga tercipta peradaban dunia yang maju.
Kemajuan yang dihasilkan oleh akal dan pikiran manusia membawa dampak positif
dan negatif.
Untuk
meminimalisir atau mengatasi masalah-masalah yang timbul dari dampak negatif,
manusia tetap memerlukan akal untuk berpikir secara benar dan logis. Berpikir
secara logis ialah berpikir tepat dan benar yang memerlukan kerja otak dan akal
sesuai dengan ilmu-ilmu logika. Setiap apa yang akan diperbuat hendaknya
disesuaikan dengan keadaan yang ada pada dirinya masing-masing. Jika hal
tersebut sesuai dengan kenyataan dan apabila dikerjakan mendapat keuntungan,
maka segera dilaksanakan. Berpikir secara logis juga berarti bahwa selain
memikirkan diri kita sendiri juga harus memperhatikan lingkungan, serta
berpikir tentang akibat yang tidak terbawa emosi.
Dewasa ini,
kemampuan berpikir logis dan kreatif sangat diperlukan khususnya dalam upaya
mengembangkan ilmu pengetahuan yang humanis. Berbagai macam pengetahuan
berhasil dikembangkan manusia dengan beragam metode berpikir. Hal paling
sederhana yang dapat kita amati adalah sekelompok anak sekolah dasar yang
sedang melakukan riset IPA. Tanpa disadari, mereka menggunakan proses-proses
berpikir tertentu yang berbeda dengan riset-riset pada jenis ilmu pengetahuan
lainnya. Beberapa ahli menyebut cara berpikir dengan istilah top-down dan bottom-up. Top-down dan bottom-up merupakan inti dari penalaran logika empiris. Kegiatan Penalaran merupakan
suatu proses berpikir dalam menarik sebuah simpulan yang berupa pengetahuan,
karena manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa,
bersikap, dan bertindak, maka tidak heran bahwa manusia mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi dengan makhluk hidup lainnya.
Sebagai satu kegiatan berpikir maka penalaran itu memiliki ciri-ciri
tertentu. Ciri yang pertama adalah adanya pola berpikir secara luas yang dapat
disebut logika. Di sini dapat dikatakan bahwa dalam setiap bentuk penalaran
mempunyai logikanya tersendiri atau dapat disimpulkan juga bahwa kegiatan
penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. Dalam lingkup ini, berpikir
logis harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola atau kaidah
tertentu atau menurut logika tertentu. Berpikir logis pada dasarnya mempunyai
banyak konotasi yang bersifat jamak dan tidak tunggal. Artinya, suatu kegiatan
berpikir bisa disebut logis jika ditinjau dari suatu logika tertentu dan
mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut pandang logika yang lain. Hal
inilah yang menimbulkan gejala yang disebut kekacauan penalaran yang disebabkan
oleh ketidakkonsistenan kita dalam menggunakan pola berpikir tertentu.
Kedua, bersifat analitik dari proses berpikirnya, artinya penalaran
merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri pada suatu analisis
dan kerangka berpikir yang dipakai sebagai pijakan analisis tersebut adalah
logika penalaran yang bersangkutan. Lebih jelasnya penalaran ilmiah merupakan
suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah. Analisis pada
hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah
tertentu.Berpikir atau kegiatan berpikir tidak semuanya didasarkan diri kepada
penalaran.
Berdasarkan kriteria penalaran bisa dikatakan bahwa tidak semua kegiatan
berpikir bersifat logis dan analisis. Oleh karena itu, kita dapat membedakan
secara jelas mana yang berpikir menurut penalaran dan mana yang berpikir tanpa
menggunakan penalaran. Berpikir menurut penalaran yaitu berpikir yang
menggunakan dasar logika dan analisis sedangkan berpikir tanpa menggunakan
penalaran seperti penggunaan perasaan untuk menarik sebuah simpulan, kemudian penggunakan
intuisi sebagai pijakan berpikir ilmiah. Intuisi adalah merupakan kegiatan
berpikir yang non-analitik yang tidak mendasarkan diri pada suatu pola berpikir
tertentu.
1.1 Rumusan Masalah
a.
Apa itu ilmu logika?
b.
Apa dan bagaimana peran ilmu logika sebagai sarana
pemecahan masalah?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian ilmu logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike
episteme (latin: logica scientia)
atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir
secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional
untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk
mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut
bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Nama ‘logika’ untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1
sebelum masehi), tetapi masih dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias
(sekitar permulaan abad ke-3 sesudah masehi) adalah orang yang pertama kali
menggunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran kita. Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat
tentang berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar
dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan
mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari
kesalahan dalam mengambil keputusan. Logika sama tuanya dengan umur manusia,
sebab sejak manusia itu ada, manusia sudah berpikir, manusia berpikir
sebenarnya logika itu telah ada. Hanya saja logika itu dinamakan logika
naturalis, sebab berdasarkan kodrat dan fitrah manusia saja.
Manusia
walaupun belum mempelajari hukum-hukum akal dan kaidah-kaidah ilmiah, namun
praktis sudah dapat berpikir dengan teratur. Akan tetapi, bila manusia
memikirkan persoalan-persoalan yang lebih sulit maka seringlah dia tersesat.
Misalnya, ada dua berita yang bertentangan mutlak, sedang kedua-duanya
menganggap dirinya benar. Dapatlah kedua-duanya dibenarkan semua? Untuk
menolong manusia jangan tersesat dirumuskan pengetahuan logika. Logika rumusan
inilah yang digunakan logika artificialis.
3. Macam-Macam Logika
Ø Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat
dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia
ada sejak lahir.
Ø Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika
ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam
setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat
bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika
ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
4. Cara-cara Berpikir Logis Untuk mendapatkan Pengetahuan
Baru
a.
Penalaran
deduktif (rasionalisme)
Penalaran Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan
yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan
demikian kegiatan berfikir yang berlawanan dengan induksi. Penarikan kesimpulan
secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme. Silogisme
terdiri atas dua pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut
premis mayor dan premis minor. Sedangkan simpulan diperoleh dengan penalaran
deduktif dari kedua premis tersebut. Misalnya, (1) Semua kendaraan bermesin
menggunakan bahan bakar bensin. (2) Motor
adalah kendaraan bermesin. Jadi, dapat disimpulkan ”motor juga menggunakan
bahan bakar bensin.
Simpulan yang diambil dalam penalaran deduktif ini hanya benar, bila kedua
premis yang digunakan benar dan cara menarik simpulannya juga benar. Jika salah
satu saja dari ketiga hal ini salah, berarti simpulan yang diambil juga tidak
benar.Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berpikir logis dan analitis,
berkat pengamatan yang semakain sestimatis dan kritis, serta makin bertambahnya
pengetahuan yang diperoleh, lambat laun manusia berusaha menjawab masalah
dengan cara rasional dengan meninggalkan cara irasional atau mitos. Pemecahan
secara rasional berarti menggunakan rasio (daya pikir) dalam usaha memperoleh
pengetahuan yang benar. Paham yang mendasarkan rasio untuk memperoleh kebenaran
itu disebut paham rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan kaum rasionalis
sering menggunakan penalaran deduktif.
b.
Penalaran
Induktif (empirisme)
Penganut
empirme mengembangkan pengetahuan bedasarkan pengalaman konkret. Mereka
menganggap bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh
langsung dari pengalaman nyata. Penganut ini menyusun pengetauan menggunakan
penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berpikir untuk menarik simpulan yang bersifat umum dari pengamatan
atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Penalaran ini diawali dari
kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas lalu diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum. Misalnya, dari pengamatan atas logam besi,
tembaga, alumunium dan sebagainya, jika dipanaskan akan mengembang (bertambah
panjang). Dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa semua logam jika
dipanaskan akan bertambah panjang.
c.
Analogi
Analogi adalah cara berpikir dengan cara membuktikan dengan hal yang serupa
dan sudah diketahui sebelumnya. Di sini penyimpulan dilakukan secara tidak
langsung, tetapi dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan
dan keserupaan dengan apa yang akan dibuktikan.
d.
Komparasi
Komparasi adalah cara berpikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang
mempunyai kesamaan apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan
analogi, yaitu tidak langsung, tetapi penekanan pemikirannya ditujukan pada
kesepadanan bukan pada perbedaannya.
5. Kesesatan Berpikir
Sumaryono
dalam Surajiyo (105:2009) menjelaskan bahwa kekeliruan atau sesat pikir adalah
proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, dan
menyesatkan, suatu gejala berpikir yang salah disebabkan oleh pemaksaan
prinsip-prinsip logika tanpa memerhatikan relevansinya.Kekeliruan atau pun
sesat pikir dapat terjadi pada siapa saja oleh karena penarikan kesimpulan yang
salah. Kesimpulan yang keliru dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya
karena menyimpang dari premis-premis acuannya atau pun karena suatu kata
memiliki makna ganda atau ambigu.Kekeliruan ini juga terjadi dalam berbagai
hal, baik dalam definisi, penggolongan, perlawanan dan dalam megolah proposisi
majemuk (Surajiyo,105-106:2009).
a.
Jenis-jenis
Kekeliruan Berpikir
Ø Kekeliruan
Informal
Ø Kekeliruan
Formal
Ø Kekeliruan
bahasa
6. Logika Sebagai Sarana Pemecahan Masalah
Setelah kita
mempelajari logika, kita akan bisa berpikir secara lurus dan benar, karena kita
tahu bagaimana cara berpikir secara benar. Kita juga tahu bagaimana yang
dikatakan kesesatan berpikir. Logika dapat dikatakan sebagai sarana pemecahan
masalah dikarenakan masalah timbul akibat kesalahan dari cara berpikir kita
yang kemudian membuat suatu masalah itu timbul. Kita ambil contoh kasus
kebakaran hutan yang sudah terjadi di Riau beberapa bulan yang lalu. Kita tahu
kebakaran hutan itu disebabkan karena pembukaan lahan. Perusahaan yang ingin
membukan lahan ingin cara cepat yaitu dengan membakar hutan tanpa mereka
berpikir efek seperti merusak ozon, perluasan pembakaran hutan dan lain
sebgainya.
Dengan kita
belajar logika, kita tentu akan berpikir sebelum bertindak, kita akan berpikir
terlebih dahulu baik dan buruk akibat yang akan ditimbulkan dari keputusan yang
akan kita ambil. Jika masalah sudah terjadi dan tidak bisa dicegah, kita akan
berpikir terlebih dahulu secara matang cara menyelesaikan masalah tersebut agar
kelak tidak akan menimbulkan msalah lagi atau membuat masalah yang sedang kita
coba pecahkan menjadi rumit. Kita sering dalam memecahkan masalah karena panik
atau hasutan dari yang lain, membuat kita akan kesusahan dalam memecahkan
maslalah dan tidak jarang kita lihat kasus bunuh diri karena sudah tidak
sanggup memikirkan banyak masalah.
Kalau kita
tahu cara-cara berpikir benar, kita akan berpikir sebelum bertindak sehingga
akan meminimalisir akan terjadi masalah. Masalah bisa timbul dari kita pribadi
bila kita salah. Misalnya kesalahan penggunaan bahasa yang kemudian membuat
orang lain sakit hati dan menjadi musuh kita. Kesalahan dalam bersikap dan lain
sebagainya. Selain dari diri pribadi juga masalah bisa timbul dari kesalahan
orang lain yang berakibat atau berimbas kepada kita. Biasanya, masalah yang
timbul karena kesalahn orang lain akan sulit kita cegah karena kita tidak tahu
sebelumnya dan kita hanya dihadapkan kepada penyelesaian masalah itu.
Ø Komentar mengenai masalah
Masalah yang saya bahas disini adalah logika sebagai
sarana pemecahan masalah. Kita tahu masalah seringkali menghampiri hidup kita
ketika ada masalah, kita seringkali mengambil jalan pintas dalam memecahkan
masalah tersebut yang akan berakibat fatal pada diri kita sendiri, lingkungan
dan bahkan negara. Saya mengambil masalah ini dikarenakan kita tahu banyak
orang yang salah dalam berpikir untuk mengatasi sebuah masalah baik itu karena
sudah tidak tahu lagi harus bagaiman (buntu) faktor dari orang lain dan
lingkungan maupun dari diri sendiri yang tidak tahu cara berpikir secara benar.
Selain dari itu judul ini sangan menarik bagi saya karena, walaupun terkadang
kita sebagai orang yang berpengetahuan tentang cara berpikir benar, terkadang
kita juga bisa salah dalam menyelesaikan masalah. Kodratnya manusia itu sendiri
adalah tidak luput dari membuat kesalahan(dosa)
Dengan adanya tulisan ini saya berharap banyak orang
yang akan mempelajari logika dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari
baik itu dalam mengatasi masalah ataupun menghindari terjadinya masalah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Logika itu adalah sebuah
keterampilan dalam bagaimana kita berpikir secara benar. Tidak semua orang bisa
berpikir secara benar baik itu orang yang sudah berpengetahuan dan yang kurang
akan pengetahuan. Kita tahu, hidup ini tidak luput daripada masalah karena,
tanpa ada masalah kita tidak akan bisa mencicipi yang namanya kebahagian,
ketenagan dan kedamaian. Namun, seringkali kita melihat, orang-orang menyerah
dengan masalahnya dan memilih jalan pintas untuk menyelesaikannya. Jadi, ilmu
logika adalah bisa kita bilang sebagai salah satu solusi yang bisa menjadi
sarana pemecahan masalah yang kita hadapi. Logika memang tidak menjelaskan
secara kasatnya bagaimana cara kita menyelesaikan suatu masalah. Tapi, logika
menjelaskan bagaimana dengan kita berpikir secara benar masalah akan selesai.
Segala sesuatu itu berawal dari pikiran. Bila pikiran kita salah maka hasil
yang dikeluarkan juga salah. Bila pikiran kita benar maka hasil yang akan
dikeluarkan juga akan benar. Mari kita berpikir secara benar baik itu untuk
menghindari terjadinya suatu masalah atau untuk meyelesaikan suatu masalah yang
sudah terlanjur terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhartono,
Suparlan. 2005. Sejarah Pemikiran Filsafat
Modern. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Mundiri. 2005. Logika. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Surajiyo, dkk.
2009. Dasar-Dasar Logika. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar