Nama :
Nailus Saadah
Jurusan :
Ilmu Komunikasi
Fakultas :
FISIP
Pelajaran :
Agama Islam
Nim :
1310102010033
Dosen :
Tgk Jambur
1. PENGERTIAN MUNAKAHAT (NIKAH)
Dari segi bahasa,ikatan atau simpulan.Dari
segi istilah, suatu ikatan atau akad yang menghalalkan pergaulan dan batas hak
dan kewajiban serta bertolong-menolong di antara seorang lelaki dengan seorang
perempuan, yang di antara keduanya bukan mahram.
Perkawinan
merupakan sunnah Rasulullah S.A.W dan dicintai di dalam Islam serta dituntut
oleh Hukum Syarak, sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W yang artinya:
"Nikah
itu sunnahku, maka barang siapa membenci sunnahku maka sesungguhnya ia bukan
dari golonganku."
(Hadis
Riwayat Ibnu Majjah)
a. HUKUM
PERNIKAHAN
Hukum menikah
berubah-ubah berdasarkan faktor niat seseorang yang ingin menikah dan faktor
keuangan. Hukumnya adalah sbagai berikut :
i) WAJIB
Orang yang
cukup hartanya dan tidak dapat mengawal nafsunya.
ii) SUNAT
Orang yang
cukup hartanya dan ingin menikah.
iii) MAKRUH
Orang yang
cukup perbelanjaan tetapi tiada keinginan untuk menikah.
iv) HARAM
Orang yang
yakin tidak dapat melaksanakan tanggungjawab.
Ayat yang
membahas tentang pernikahan
- Dalil dari Al-Quran yang bermaksud :
"Maka berkahwinlah dengan sesiapa yang kamu
berkenan dari perempuan-perempuan lain dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu
bimbang tidak akan berlaku adil( di antara isteri-isteri kamu) maka
berkahwinlah dengan seorang sahaja". ( Surah An - Nisaa' - Ayat 3 )
- Dalil dari As-sunnah yang bermaksud:
"Wahai pemuda-pemuda, sesiapa yang mampu di
antara kamu (mempunyai belanja serta keinginan) hendak berkahwin, hendaklah ia
kahwin, kerana sesungguhnya perkahwinan itu akan memejamkan matanya (terhadap
orang yang tidak halal dilihatnya) dan terkawal kehormatannya dan sesiapa yang
tidak mampu berkahwin hendaklah ia berpuasa, bahawa puasa itu menjadi
benteng". ( Riwayat Muslim )
b. RUKUN-RUKUN NIKAH
1. Lelaki yang bakal menjadi suami.
2. Perempuan yang bakal menjadi isteri.
3. Wali yang adil
4. Dua orang saksi yang adil
5. Ijab dan Qabul (Tawaran dan Penerimaan)
c. SYARAT-SYARAT SUAMI
1. Beragama Islam
2. Tidak berihram haji atau umraH
3. Lelaki tertentu
4. Belum mempunyai empat isteri
5. Dengan kerelaan diri sendiri bukan paksaan
6. Seorang lelaki (bukan khunsa musykil)
d. SYARAT-SYARAT ISTRI
1. Beragama
islam
2. Perempuan
yang tertentu.
3.Bukan Mahram kepada lelaki yang bakal menjadi
suaminya
4.Bukan isteri orang dan tidak di dalam eddah orang
lain.
5. Tidak berihram haji atau umrah.
e. SYARAT-SYARAT WALI
1. Beragama Islam.
2. Seorang lelaki.
3. Baligh.
4. Dengan kerelaan sendiri bukan paksaan.
5. Tidak berihram haji atau umrah.
6. Orang yang adil ( tidak fasiq ).
7. Seorang yang sempurna akalnya.
f. SYARAT-SYARAT SAKSI
1. Bilangannya tidak kurang daripada dua orang.
2. Beragama Islam.
3. Berakal
4. Baligh
5. Lelaki.
6. Sejahtera pancaindera (boleh melihat, mendengar,
bertutur).
7. Memahami isi-isi kandungan lafaz ijab dan qabul.
8. Orang yang adil (tidak fasiq)
2. Pengertian
Muamalah
Muamalah
merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur hubungan antara seseorang dan
orang lain. Contoh hukum Islam yang termasuk muamalah, seperti jual beli, sewa
menyewa, serta usaha perbankan dan asuransi yang islami.
Dari pengertian muamalah tersebut ada yang berpendapat
bahwa muamalah hanya menyangkut permasalahan hak dan harta yang muncul dari
transaksi antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dan badan
hukum atau antara badan hukum yang satu dan badan hukum lainnya
A. JUAL BELI
Jual beli
ialah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak yang
menyerahkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli
barang yang dijual).
B. RUKUN JUAL BELI
Rukun dan Syarat
Jual Beli
Rukun dan
syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi
agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum Islam).
·
Adanya
penjual
·
Adanya
pembeli
·
Adanya
barang
·
Ijab dan
qabul
Syarat-syarat penjual dan pembeli adalah:
1) Berakal
2) Balig
3) Berhak
menggunakan hartanya
• Sigat atau ucapan ijab dan kabul
Ulama fiqih
sepakat bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan antara penjual dan
pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka harus diwujudkan melalui
ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli).
• Barang yang diperjualbelikan
Syarat-syarat
barang yang diperjualbelikan antara lain:
1) Barang
yang diperjualbelikan sesuatu yang halal
2) Barang
itu ada manfaatnya
3) Barang
itu ada di tempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia di tempat lain
4) Barang
itu merupakan milik si penjual atau di bawah kekuasaannya
5) Barang
itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas
• Nilai
tukar barang yang dijual (pada zaman modern sekarang ini berupa uang)
Syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual
adalah:
1) Harga
jual yang disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
2) Nilai
tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli.
3) Apabila
jual beli dilakukan secara barter atau Al-Muqayadah (nilai tukar barang yang
dijual bukan berupa uang tetapi berupa barang) dan tidak boleh ditukar dengan
barang haram.
C. KHIYAR
Khiyar ialah
hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk meneruskan jual belinya atau
membatalkan karena adanya sesuatu hal, misalnya ada cacat pada barang.
d. Macam-macam jual beli1) Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
d. Macam-macam jual beli1) Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
2) Jual beli
yang terlarang dan tidak sah (batil) yaitu jual beli yang salah satu atau
seluruh rukunnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya
tidak disyariatkan(disesuaikan dengan ajaran Islam).
Contoh :
a) Jual beli sesuatu yang termasuk najis, seperti bangkai dan daging babi
a) Jual beli sesuatu yang termasuk najis, seperti bangkai dan daging babi
b) Jual beli
air mani hewan ternak.
c) Jual beli
hewan yang masih berada dalam perut induknya (belum lahir).
d) Jual beli
yang mengandung unsur kecurangan dan penipuan.
3) Jual beli
yang sah tetapi terlarang (fasid).
Karena
sebab-sebab lain misalnya:
a) Merugikan
si penjual, si pembeli, dan orang lain.
b)
Mempersulit peredaran barang.
c) Merugikan
kepentingan umum.
3.TAUHID
1. pengertian Tauhid
Tauhid,
yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Esa, tidak
ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah),
Asma` dan Sifat-Nya.
Urgensi
Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta.
Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang
disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia Subhanahu wa Ta’ala
bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan
kekurangan. Dia Subhanahu wa Ta’ala mempunyai nama-nama yang indah dan
sifat-sifat yang tinggi.
2. Pembagian Tauhid
Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan
kitab-kitab karenanya ada dua:
Pertama: Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan dinamakan dengan Tauhid Rububiyah
dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu menetapkan hakekat zat Rabb
Subhanahu wa Ta’ala dan mentauhidkan (mengesakan) Allah Subhanahu wa Ta’ala
dengan asma (nama), sifat, dan perbuatan-Nya.
Pengertiannya: seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala sematalah Rabb yang Menciptakan, Memiliki,
Membolak-balikan, Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan
Sifat-sifat, serta perbuatan-Nya, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang
Meliputi segala sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Dia Subhanahu wa Ta’ala mempunyai asma’ (nama-nama) yang indah dan
sifat yang tinggi: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syura’:11)
Kedua: Tauhid dalam tujuan dan permintaan/permohonan, dinamakan tauhid uluhiyah
dan ibadah, yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan semua jenis
ibadah, seperti: doa, shalat, takut, mengharap,
dan lain-lain.
Pengertiannya: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang memiliki hak uluhiyah terhadap semua
makhlukNya. Hanya Dia Subhanahu wa Ta’ala yang berhak untuk disembah, bukan
yang lain. Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari
jenis ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong, tawakkal, takut,
mengharap, menyembelih, bernazar dan semisalnya melainkan hanya untuk Allah
Subhanahu wa Ta’ala semata. Siapa yang memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala maka dia
adalah seorang musyrik lagi kafir. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Siapa menyembah ilah yang lain selain Allah Subhanahu wa
Ta’ala, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak
akan beruntung.” (QS. Al-Mukminun:117)
Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah; kebanyakan
manusia mengingkari tauhid ini. Oleh sebab itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengutus para rasul kepada umat manusia, dan menurunkan kitab-kitab kepada
mereka, agar mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja dan
meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.
1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya:”Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al-Anbiya` :25)
2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah Subhanahu wa Ta’ala (saja), dan
jauhilah Thaghut itu”, (QS. An-Nahl :36)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar