Selasa, 31 Januari 2017

Mata Kuliah Agama Tentang Munakahat (Nikah)

Nama                   : Nailus Saadah
Jurusan               : Ilmu Komunikasi
Fakultas               : FISIP
Pelajaran             : Agama Islam
Nim                      : 1310102010033
Dosen                   : Tgk Jambur

1. PENGERTIAN MUNAKAHAT (NIKAH)

 Dari segi bahasa,ikatan atau simpulan.Dari segi istilah, suatu ikatan atau akad yang menghalalkan pergaulan dan batas hak dan kewajiban serta bertolong-menolong di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan, yang di antara keduanya bukan mahram.

Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah S.A.W dan dicintai di dalam Islam serta dituntut oleh Hukum Syarak, sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W yang artinya:

"Nikah itu sunnahku, maka barang siapa membenci sunnahku maka sesungguhnya ia bukan dari golonganku."
(Hadis Riwayat Ibnu Majjah)

a. HUKUM PERNIKAHAN
Hukum menikah berubah-ubah berdasarkan faktor niat seseorang yang ingin menikah dan faktor keuangan. Hukumnya adalah sbagai berikut :

i) WAJIB
Orang yang cukup hartanya dan tidak dapat mengawal nafsunya.

ii) SUNAT
Orang yang cukup hartanya dan ingin menikah.

iii) MAKRUH
Orang yang cukup perbelanjaan tetapi tiada keinginan untuk menikah.

iv) HARAM
Orang yang yakin tidak dapat melaksanakan tanggungjawab.

Ayat yang membahas tentang pernikahan
  • Dalil dari Al-Quran yang bermaksud :
"Maka berkahwinlah dengan sesiapa yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan lain dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu bimbang tidak akan berlaku adil( di antara isteri-isteri kamu) maka berkahwinlah dengan seorang sahaja". ( Surah An - Nisaa' - Ayat 3 )
  • Dalil dari As-sunnah yang bermaksud:
"Wahai pemuda-pemuda, sesiapa yang mampu di antara kamu (mempunyai belanja serta keinginan) hendak berkahwin, hendaklah ia kahwin, kerana sesungguhnya perkahwinan itu akan memejamkan matanya (terhadap orang yang tidak halal dilihatnya) dan terkawal kehormatannya dan sesiapa yang tidak mampu berkahwin hendaklah ia berpuasa, bahawa puasa itu menjadi benteng". ( Riwayat Muslim )
b. RUKUN-RUKUN NIKAH

1.      Lelaki yang bakal menjadi suami.
2.      Perempuan yang bakal menjadi isteri.
3.      Wali yang adil
4.      Dua orang saksi yang adil
5.      Ijab dan Qabul (Tawaran dan Penerimaan)

c. SYARAT-SYARAT SUAMI

1.      Beragama Islam
2.      Tidak berihram haji atau umraH
3.      Lelaki tertentu
4.      Belum mempunyai empat isteri
5.      Dengan kerelaan diri sendiri bukan paksaan
6.      Seorang lelaki (bukan khunsa musykil)


d. SYARAT-SYARAT ISTRI

1. Beragama islam
2. Perempuan yang tertentu.
3.Bukan Mahram kepada lelaki yang bakal menjadi suaminya
4.Bukan isteri orang dan tidak di dalam eddah orang lain.
5. Tidak berihram haji atau umrah.

e. SYARAT-SYARAT WALI

1. Beragama Islam.
2. Seorang lelaki.
3. Baligh.
4. Dengan kerelaan sendiri bukan paksaan.
5. Tidak berihram haji atau umrah.
6. Orang yang adil ( tidak fasiq ).
7. Seorang yang sempurna akalnya.

f. SYARAT-SYARAT SAKSI

1. Bilangannya tidak kurang daripada dua orang.
2. Beragama Islam.
3. Berakal
4. Baligh
5. Lelaki.
6. Sejahtera pancaindera (boleh melihat, mendengar, bertutur).
7. Memahami isi-isi kandungan lafaz ijab dan qabul.
8. Orang yang adil (tidak fasiq)

2. Pengertian Muamalah
Muamalah merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur hubungan antara seseorang dan orang lain. Contoh hukum Islam yang termasuk muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa, serta usaha perbankan dan asuransi yang islami.
Dari pengertian muamalah tersebut ada yang berpendapat bahwa muamalah hanya menyangkut permasalahan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dan badan hukum atau antara badan hukum yang satu dan badan hukum lainnya

A. JUAL BELI
Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual).
B. RUKUN JUAL BELI
Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum Islam).
·         Adanya penjual
·         Adanya pembeli
·         Adanya barang
·         Ijab dan qabul

Syarat-syarat penjual dan pembeli adalah:
1) Berakal
2) Balig
3) Berhak menggunakan hartanya

Sigat atau ucapan ijab dan kabul
Ulama fiqih sepakat bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli).

Barang yang diperjualbelikan
Syarat-syarat barang yang diperjualbelikan antara lain:
1) Barang yang diperjualbelikan sesuatu yang halal
2) Barang itu ada manfaatnya
3) Barang itu ada di tempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia di tempat lain
4) Barang itu merupakan milik si penjual atau di bawah kekuasaannya
5) Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas
• Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sekarang ini berupa uang)

Syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual adalah:
1) Harga jual yang disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
2) Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli.
3) Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-Muqayadah (nilai tukar barang yang dijual bukan berupa uang tetapi berupa barang) dan tidak boleh ditukar dengan barang haram.
C. KHIYAR
Khiyar ialah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk meneruskan jual belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu hal, misalnya ada cacat pada barang.
d. Macam-macam jual beli1) Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
2) Jual beli yang terlarang dan tidak sah (batil) yaitu jual beli yang salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan(disesuaikan dengan ajaran Islam).
Contoh :
a) Jual beli sesuatu yang termasuk najis, seperti bangkai dan daging babi
b) Jual beli air mani hewan ternak.
c) Jual beli hewan yang masih berada dalam perut induknya (belum lahir).
d) Jual beli yang mengandung unsur kecurangan dan penipuan.
3) Jual beli yang sah tetapi terlarang (fasid).
Karena sebab-sebab lain misalnya:
a) Merugikan si penjual, si pembeli, dan orang lain.
b) Mempersulit peredaran barang.
c) Merugikan kepentingan umum.
3.TAUHID
1. pengertian Tauhid
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia Subhanahu wa Ta’ala bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia Subhanahu wa Ta’ala mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.
2. Pembagian Tauhid
Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-kitab karenanya ada dua:
Pertama: Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan dinamakan dengan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu menetapkan hakekat zat Rabb Subhanahu wa Ta’ala dan mentauhidkan (mengesakan) Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan asma (nama), sifat, dan perbuatan-Nya.
Pengertiannya: seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala sematalah Rabb yang Menciptakan, Memiliki, Membolak-balikan, Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan Sifat-sifat, serta perbuatan-Nya, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Meliputi segala sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia Subhanahu wa Ta’ala mempunyai asma’ (nama-nama) yang indah dan sifat yang tinggi: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syura’:11)
Kedua: Tauhid dalam tujuan dan permintaan/permohonan, dinamakan tauhid uluhiyah dan ibadah, yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan semua jenis ibadah, seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dan lain-lain.
Pengertiannya: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang memiliki hak uluhiyah terhadap semua makhlukNya. Hanya Dia Subhanahu wa Ta’ala yang berhak untuk disembah, bukan yang lain. Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jenis ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong, tawakkal, takut, mengharap, menyembelih, bernazar dan semisalnya melainkan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Siapa yang memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala maka dia adalah seorang musyrik lagi kafir. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Siapa menyembah ilah yang lain selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak akan beruntung.” (QS. Al-Mukminun:117)
Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah; kebanyakan manusia mengingkari tauhid ini. Oleh sebab itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul kepada umat manusia, dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka, agar mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.
1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:”Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al-Anbiya` :25)
2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah Subhanahu wa Ta’ala (saja), dan jauhilah Thaghut itu”,  (QS. An-Nahl :36)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar