Selasa, 31 Januari 2017

Ilmu logika Sebagai Sarana Pemecahan Masalah



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kapada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Ilmu logika Sebagai Sarana Pemecahan Masalah”. Makalah ini saya susun dengan maksud untuk memenuhi nilai tugas individu mata kuliah Dasar-dasar Logika serta untuk menambah wawasan saya dan semua yang membaca makalah ini mengenai bagaimana logika bisa memecahkan masalah.
       Saya menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Demi kesempurnaan makalah ini, saya mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari para pembaca.

                                                                           Banda Aceh, 25 Desember 2015


                                                                                                  Nailus Saadah









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
2.      RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2
3.      TUJUAN............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    DEFINISI ................................................................................................... 3
1.      Definisi komunikasi............................................................................... 3
2.      Definisi komunikasi pemasaran...............................................................
3.      Definisi media massa............................................................................. 4
4.      Jenis-jenis media massa.......................................................................... 5
a.       Koran............................................................................................... 5
b.      Radio .............................................................................................. 6
c.       Televisi............................................................................................. 7
d.      Majalah............................................................................................ 8
e.       Internet ........................................................................................... 9
B.     PERIKLANAN......................................................................................... 10
1.      Pengertian periklanan........................................................................... 11
2.      Sejarah periklanan................................................................................ 11
3.      Proses pembuatan iklan........................................................................ 13
a.       Pengenalan terhadap khalayak....................................................... 14
b.      Penetapan tujuan pemasangan iklan.............................................. 15
c.       Penyusunan naskah iklan............................................................... 15
d.      Penyediaan anggaran biaya............................................................ 17
e.       Penentuan jadwal pemasangan iklan............................................. 18
f.       Pemilihan media yang akan digunakan.......................................... 19
C.     Hubungan media massa dengan komunikasi pemasaran........................... 20

BAB III PENUTUP
1.      KESIMPULAN......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 22



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang sempurna, itulah ungkapan yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna memang memiliki banyak kelebihan dibanding makhluk lainnya. Sebagai ciptaan-Nya yang sempurna, manusia dibekali akal dan pikiran untuk bisa dikembangkan, berbeda dengan hewan yang juga memiliki akal dan pengetahuan tapi hanya sebatas untuk mempertahankan dirinya.
Suhartono ( 2005: 1) menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir secara logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan karena mempunyai bahasa untuk mengomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka manusia bukan saja mempunyai pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya.Akal dan pikiran merupakan perlengkapan paling sempurna yang disematkan Tuhan kepada manusia. Dengan akal dan pikiran, manusia dapat mengubah dan mengembangkan taraf kehidupannya dari tradisional, berkembang, dan hingga modern. Sifat tidak puas yang secara alamiah ada dalam diri manusia mendorong manusia untuk selalu ingin mengubah keadaan. Ketidakpuasan tersebut menimbulkan perubahan-perubahan sehingga tercipta peradaban dunia yang maju. Kemajuan yang dihasilkan oleh akal dan pikiran manusia membawa dampak positif dan negatif.
Untuk meminimalisir atau mengatasi masalah-masalah yang timbul dari dampak negatif, manusia tetap memerlukan akal untuk berpikir secara benar dan logis. Berpikir secara logis ialah berpikir tepat dan benar yang memerlukan kerja otak dan akal sesuai dengan ilmu-ilmu logika. Setiap apa yang akan diperbuat hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang ada pada dirinya masing-masing. Jika hal tersebut sesuai dengan kenyataan dan apabila dikerjakan mendapat keuntungan, maka segera dilaksanakan. Berpikir secara logis juga berarti bahwa selain memikirkan diri kita sendiri juga harus memperhatikan lingkungan, serta berpikir tentang akibat yang tidak terbawa emosi.
Dewasa ini, kemampuan berpikir logis dan kreatif sangat diperlukan khususnya dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan yang humanis. Berbagai macam pengetahuan berhasil dikembangkan manusia dengan beragam metode berpikir. Hal paling sederhana yang dapat kita amati adalah sekelompok anak sekolah dasar yang sedang melakukan riset IPA. Tanpa disadari, mereka menggunakan proses-proses berpikir tertentu yang berbeda dengan riset-riset pada jenis ilmu pengetahuan lainnya. Beberapa ahli menyebut cara berpikir dengan istilah top-down dan bottom-up. Top-down dan bottom-up merupakan inti dari penalaran logika empiris. Kegiatan Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sebuah simpulan yang berupa pengetahuan, karena manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak, maka tidak heran bahwa manusia mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dengan makhluk hidup lainnya.
Sebagai satu kegiatan berpikir maka penalaran itu memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang pertama adalah adanya pola berpikir secara luas yang dapat disebut logika. Di sini dapat dikatakan bahwa dalam setiap bentuk penalaran mempunyai logikanya tersendiri atau dapat disimpulkan juga bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. Dalam lingkup ini, berpikir logis harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola atau kaidah tertentu atau menurut logika tertentu. Berpikir logis pada dasarnya mempunyai banyak konotasi yang bersifat jamak dan tidak tunggal. Artinya, suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis jika ditinjau dari suatu logika tertentu dan mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut pandang logika yang lain. Hal inilah yang menimbulkan gejala yang disebut kekacauan penalaran yang disebabkan oleh ketidakkonsistenan kita dalam menggunakan pola berpikir tertentu.
Kedua, bersifat analitik dari proses berpikirnya, artinya penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipakai sebagai pijakan analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Lebih jelasnya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.Berpikir atau kegiatan berpikir tidak semuanya didasarkan diri kepada penalaran.
Berdasarkan kriteria penalaran bisa dikatakan bahwa tidak semua kegiatan berpikir bersifat logis dan analisis. Oleh karena itu, kita dapat membedakan secara jelas mana yang berpikir menurut penalaran dan mana yang berpikir tanpa menggunakan penalaran. Berpikir menurut penalaran yaitu berpikir yang menggunakan dasar logika dan analisis sedangkan berpikir tanpa menggunakan penalaran seperti penggunaan perasaan untuk menarik sebuah simpulan, kemudian penggunakan intuisi sebagai pijakan berpikir ilmiah. Intuisi adalah merupakan kegiatan berpikir yang non-analitik yang tidak mendasarkan diri pada suatu pola berpikir tertentu.
      
1.1  Rumusan Masalah
a.       Apa itu ilmu logika?
b.      Apa dan bagaimana peran ilmu logika sebagai sarana pemecahan masalah?









BAB II
PEMBAHASAN

2.      Pengertian ilmu logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Nama ‘logika’ untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum masehi), tetapi masih dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah masehi) adalah orang yang pertama kali menggunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Logika sama tuanya dengan umur manusia, sebab sejak manusia itu ada, manusia sudah berpikir, manusia berpikir sebenarnya logika itu telah ada. Hanya saja logika itu dinamakan logika naturalis, sebab berdasarkan kodrat dan fitrah manusia saja.
Manusia walaupun belum mempelajari hukum-hukum akal dan kaidah-kaidah ilmiah, namun praktis sudah dapat berpikir dengan teratur. Akan tetapi, bila manusia memikirkan persoalan-persoalan yang lebih sulit maka seringlah dia tersesat. Misalnya, ada dua berita yang bertentangan mutlak, sedang kedua-duanya menganggap dirinya benar. Dapatlah kedua-duanya dibenarkan semua? Untuk menolong manusia jangan tersesat dirumuskan pengetahuan logika. Logika rumusan inilah yang digunakan logika artificialis.

3.      Macam-Macam Logika
Ø  Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. 
Ø  Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

4.      Cara-cara Berpikir Logis Untuk mendapatkan Pengetahuan Baru
a.       Penalaran deduktif (rasionalisme)
Penalaran Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang  bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan demikian kegiatan berfikir yang berlawanan dengan induksi. Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme. Silogisme terdiri atas dua pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor. Sedangkan simpulan diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis tersebut. Misalnya, (1) Semua kendaraan bermesin menggunakan bahan bakar bensin. (2) Motor adalah kendaraan bermesin. Jadi, dapat disimpulkan ”motor juga menggunakan bahan bakar bensin.
Simpulan yang diambil dalam penalaran deduktif ini hanya benar, bila kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik simpulannya juga benar. Jika salah satu saja dari ketiga hal ini salah, berarti simpulan yang diambil juga tidak benar.Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berpikir logis dan analitis, berkat pengamatan yang semakain sestimatis dan kritis, serta makin bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, lambat laun manusia berusaha menjawab masalah dengan cara rasional dengan meninggalkan cara irasional atau mitos. Pemecahan secara rasional berarti menggunakan rasio (daya pikir) dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Paham yang mendasarkan rasio untuk memperoleh kebenaran itu disebut paham rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan kaum rasionalis sering menggunakan penalaran deduktif.

b.      Penalaran Induktif (empirisme)
Penganut  empirme mengembangkan pengetahuan bedasarkan pengalaman konkret. Mereka menganggap bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman nyata. Penganut ini menyusun pengetauan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berpikir untuk menarik simpulan yang bersifat umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Penalaran ini diawali dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas lalu diakhiri dengan pernyataan yang  bersifat umum. Misalnya, dari pengamatan atas logam besi, tembaga, alumunium dan sebagainya, jika dipanaskan akan mengembang (bertambah panjang). Dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa semua logam jika dipanaskan akan bertambah panjang.

c.        Analogi
Analogi adalah cara berpikir dengan cara membuktikan dengan hal yang serupa dan sudah diketahui sebelumnya. Di sini penyimpulan dilakukan secara tidak langsung, tetapi dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan dan keserupaan dengan apa yang akan dibuktikan.
d.      Komparasi
Komparasi adalah cara berpikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang mempunyai kesamaan apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi, yaitu tidak langsung, tetapi penekanan pemikirannya ditujukan pada kesepadanan bukan pada perbedaannya.

5.      Kesesatan Berpikir
Sumaryono dalam Surajiyo (105:2009) menjelaskan bahwa kekeliruan atau sesat pikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, dan menyesatkan, suatu gejala berpikir yang salah disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memerhatikan relevansinya.Kekeliruan atau pun sesat pikir dapat terjadi pada siapa saja oleh karena penarikan kesimpulan yang salah. Kesimpulan yang keliru dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya karena menyimpang dari premis-premis acuannya atau pun karena suatu kata memiliki makna ganda atau ambigu.Kekeliruan ini juga terjadi dalam berbagai hal, baik dalam definisi, penggolongan, perlawanan dan dalam megolah proposisi majemuk (Surajiyo,105-106:2009).

a.      Jenis-jenis Kekeliruan Berpikir
Ø  Kekeliruan Informal
Ø  Kekeliruan Formal
Ø  Kekeliruan bahasa

6.      Logika Sebagai Sarana Pemecahan Masalah
Setelah kita mempelajari logika, kita akan bisa berpikir secara lurus dan benar, karena kita tahu bagaimana cara berpikir secara benar. Kita juga tahu bagaimana yang dikatakan kesesatan berpikir. Logika dapat dikatakan sebagai sarana pemecahan masalah dikarenakan masalah timbul akibat kesalahan dari cara berpikir kita yang kemudian membuat suatu masalah itu timbul. Kita ambil contoh kasus kebakaran hutan yang sudah terjadi di Riau beberapa bulan yang lalu. Kita tahu kebakaran hutan itu disebabkan karena pembukaan lahan. Perusahaan yang ingin membukan lahan ingin cara cepat yaitu dengan membakar hutan tanpa mereka berpikir efek seperti merusak ozon, perluasan pembakaran hutan dan lain sebgainya.
Dengan kita belajar logika, kita tentu akan berpikir sebelum bertindak, kita akan berpikir terlebih dahulu baik dan buruk akibat yang akan ditimbulkan dari keputusan yang akan kita ambil. Jika masalah sudah terjadi dan tidak bisa dicegah, kita akan berpikir terlebih dahulu secara matang cara menyelesaikan masalah tersebut agar kelak tidak akan menimbulkan msalah lagi atau membuat masalah yang sedang kita coba pecahkan menjadi rumit. Kita sering dalam memecahkan masalah karena panik atau hasutan dari yang lain, membuat kita akan kesusahan dalam memecahkan maslalah dan tidak jarang kita lihat kasus bunuh diri karena sudah tidak sanggup memikirkan banyak masalah.
Kalau kita tahu cara-cara berpikir benar, kita akan berpikir sebelum bertindak sehingga akan meminimalisir akan terjadi masalah. Masalah bisa timbul dari kita pribadi bila kita salah. Misalnya kesalahan penggunaan bahasa yang kemudian membuat orang lain sakit hati dan menjadi musuh kita. Kesalahan dalam bersikap dan lain sebagainya. Selain dari diri pribadi juga masalah bisa timbul dari kesalahan orang lain yang berakibat atau berimbas kepada kita. Biasanya, masalah yang timbul karena kesalahn orang lain akan sulit kita cegah karena kita tidak tahu sebelumnya dan kita hanya dihadapkan kepada penyelesaian masalah itu.



                                 
Ø  Komentar mengenai masalah
Masalah yang saya bahas disini adalah logika sebagai sarana pemecahan masalah. Kita tahu masalah seringkali menghampiri hidup kita ketika ada masalah, kita seringkali mengambil jalan pintas dalam memecahkan masalah tersebut yang akan berakibat fatal pada diri kita sendiri, lingkungan dan bahkan negara. Saya mengambil masalah ini dikarenakan kita tahu banyak orang yang salah dalam berpikir untuk mengatasi sebuah masalah baik itu karena sudah tidak tahu lagi harus bagaiman (buntu) faktor dari orang lain dan lingkungan maupun dari diri sendiri yang tidak tahu cara berpikir secara benar. Selain dari itu judul ini sangan menarik bagi saya karena, walaupun terkadang kita sebagai orang yang berpengetahuan tentang cara berpikir benar, terkadang kita juga bisa salah dalam menyelesaikan masalah. Kodratnya manusia itu sendiri adalah tidak luput dari membuat kesalahan(dosa)
Dengan adanya tulisan ini saya berharap banyak orang yang akan mempelajari logika dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam mengatasi masalah ataupun menghindari terjadinya masalah.





BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Logika itu adalah sebuah keterampilan dalam bagaimana kita berpikir secara benar. Tidak semua orang bisa berpikir secara benar baik itu orang yang sudah berpengetahuan dan yang kurang akan pengetahuan. Kita tahu, hidup ini tidak luput daripada masalah karena, tanpa ada masalah kita tidak akan bisa mencicipi yang namanya kebahagian, ketenagan dan kedamaian. Namun, seringkali kita melihat, orang-orang menyerah dengan masalahnya dan memilih jalan pintas untuk menyelesaikannya. Jadi, ilmu logika adalah bisa kita bilang sebagai salah satu solusi yang bisa menjadi sarana pemecahan masalah yang kita hadapi. Logika memang tidak menjelaskan secara kasatnya bagaimana cara kita menyelesaikan suatu masalah. Tapi, logika menjelaskan bagaimana dengan kita berpikir secara benar masalah akan selesai. Segala sesuatu itu berawal dari pikiran. Bila pikiran kita salah maka hasil yang dikeluarkan juga salah. Bila pikiran kita benar maka hasil yang akan dikeluarkan juga akan benar. Mari kita berpikir secara benar baik itu untuk menghindari terjadinya suatu masalah atau untuk meyelesaikan suatu masalah yang sudah terlanjur terjadi.










DAFTAR PUSTAKA

Suhartono, Suparlan. 2005. Sejarah Pemikiran Filsafat Modern. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Mundiri. 2005. Logika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Surajiyo, dkk. 2009. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.